Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Anggito Abimanyu menegaskan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS atau USD diperkirakan akan terus melemah hingga 2016. Pelemahan rupiah bisa mencapai Rp14.000 per USD.
"Ini karena dua faktor yakni USD yang menguat dan bursa Tiongkok yang melemah, ditambah rupiah belum dapat sentimen positif dari dalam negeri. Makanya rupiah kian tergerus belakangan ini hingga kemarin saja sempat sentuh Rp13.500 per USD," kata Anggito kepada Metrotvnews.com, Selasa (28/7/2015).
Menurutnya, semua bank sentral dan Menteri Keuangan (Menkeu) di negara masing-masing dunia ini sudah menyadari dengan baik Penguatan USD . Sehingga, dampaknya tidak terlalu besar, bila dibandingkan dengan rupiah yang saat ini terjadi.
Agar tidak melemah lebih dalam, dia meminta agar Bank Indonesia (BI) dan pemerintah bisa mengendalikan dengan baik. Pengendalian bisa dilakukan dengan intervensi ke pasar.
"BI dengan cadangan devisa (cadev) lebih dari cukup, seharusnya BI bisa intervensi, bisa mengukur, tidak hanya BI tapi dari sisi fiskal dan moneter yang harus diperbaiki," jelas dia.
Jika tidak diredam maka laju rupiah yang tidak diharapkan menyentuh di level Rp14.000 per USD bisa terjadi di 2015 atau awal 2016.
Pada saat ini BI dan pemerintah sudah berupaya meredam rupiah yang saat ini bergerak liar bebas. Namun langkah BI dan pemerintah masih sangat kurang, dan masih banyak yang diperbaiki. Seperti, memperbaiki sisi fiskal, moneter, dan memastikan anggaran bisa dikucurkan.
"Kami harapkan tidak bisa terjadi, kalau pemerintah dan BI bisa berikan ketenangan, bisa mengendalikan gejolak di pasar, bisa meredam pasar, dan yang penting psikologi terkait rupiah bisa dikendalikan, agar rupiah tidak terperosok jauh dari posisi saat ini," pungkas dia.
"Ini karena dua faktor yakni USD yang menguat dan bursa Tiongkok yang melemah, ditambah rupiah belum dapat sentimen positif dari dalam negeri. Makanya rupiah kian tergerus belakangan ini hingga kemarin saja sempat sentuh Rp13.500 per USD," kata Anggito kepada Metrotvnews.com, Selasa (28/7/2015).
Menurutnya, semua bank sentral dan Menteri Keuangan (Menkeu) di negara masing-masing dunia ini sudah menyadari dengan baik Penguatan USD . Sehingga, dampaknya tidak terlalu besar, bila dibandingkan dengan rupiah yang saat ini terjadi.
Agar tidak melemah lebih dalam, dia meminta agar Bank Indonesia (BI) dan pemerintah bisa mengendalikan dengan baik. Pengendalian bisa dilakukan dengan intervensi ke pasar.
"BI dengan cadangan devisa (cadev) lebih dari cukup, seharusnya BI bisa intervensi, bisa mengukur, tidak hanya BI tapi dari sisi fiskal dan moneter yang harus diperbaiki," jelas dia.
Jika tidak diredam maka laju rupiah yang tidak diharapkan menyentuh di level Rp14.000 per USD bisa terjadi di 2015 atau awal 2016.
Pada saat ini BI dan pemerintah sudah berupaya meredam rupiah yang saat ini bergerak liar bebas. Namun langkah BI dan pemerintah masih sangat kurang, dan masih banyak yang diperbaiki. Seperti, memperbaiki sisi fiskal, moneter, dan memastikan anggaran bisa dikucurkan.
"Kami harapkan tidak bisa terjadi, kalau pemerintah dan BI bisa berikan ketenangan, bisa mengendalikan gejolak di pasar, bisa meredam pasar, dan yang penting psikologi terkait rupiah bisa dikendalikan, agar rupiah tidak terperosok jauh dari posisi saat ini," pungkas dia.
0 comments:
Posting Komentar