Perang sipil dan sanski ekonomi telah
menghancurkan perekonomian negara. Dala upayanya mengalahkan
sanksi-sanksi barat dan menyelamatkan mata uangnya, rezim Assad, dengan
bantuan Iran, Rusia, dan China, mulai menjalankan seluruh bisnisnya
menggunakan, rial, ruble dan renminbi.
Keputusan ini melengkapi
pernjanjian sebelumnya antara Suriah dan sekutunya yang berusaha menjaga
ekonomi Suriah khususnya dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Langkah ini
juga mencakup pengiriman uang sejumlah US$ 500 juta per bulan dalam
bentuk minyak dan arus kredit tak terbatas dengan Tehran untuk impor
produk minyak dan makanan.
Menurut Perdana Menteri Suriah, Kadri
Jamil mengungkapkan, dukungan pasokan kebutuhan sehari-hari tersebut
penting karena ekonomi negara tersebut tengah hancur. Kekacauan ekonomi
tersebut akibat upaya AS dan Inggris untuk menenggelamkan pound Suriah.
Dalam
keputusasaan, upaya yang keliru untuk menyelamatkan mata uangnya yang
terkena imbas inflasi, rezim Assad mengenakan penalti keras untuk
perdagangan mata uang di pasar gelap. Strategi ini terbukti gagal dan
dimanfaatkan oleh Iran pada Oktober 2012.
Dengan kondisi ekonomi seperti itu, nilai inflasinya diprediksi mencapai 29,1%.
Saat
ini Suriah tengah mengalami tingkat inflasi sebesar 68% per bulan.
Artinya negara ini telah melebihi standar (nilai inflasi 50% per bulan)
dan mengalami hyper inflasi. Hingga saat ini tak ada kepastian nilai
mata uang Suriah bisa kembali membaik.
Menghancurkan Perekonomian Negara
Posted by CB Blogger
Blog, Updated at: 06.07
0 comments:
Posting Komentar